1001 Masalah di Negeriku

Hidup ini laksana cerita didalam hikayat 1001 malam yang berasal dari negeri timur. Cerita hikayat 1001 malam merupakan cermin dinamika dari kehidupan manusia. Mungkin cerita ini sudah tidak asing lagi dan sering kali kita dengar. Bahkan hampir seluruh duniapun mengetahui isi dari cerita ini. Begitupun masalah yang terjadi didalam negeriku. Yang mungkin kebanyakan orang di duniapun telah mengetahui masalah apa yang sering terjadi di negeriku.

Saya memilih judul dengan menggunakan angka 1001, di karenakan angka tersebut identik dengan sesuatu yang banyak. Dan hal ini yang dapat mewakili banyaknya masalah yang terjadi di negeriku. Begitu banyak masalah yang terjadi ini seakan-akan tidak ada lagi jalan keluar untuk dapat menyelesaikannya. Bahkan masalah yang datang tidak hanya berasal dari satu segi aspek saja melainkan dari berbagai aspek yang ada pada negeri ini. Masalah demi masalah coba diselesaikan tetapi bukannya berkurang justru menyebabkan lagi  timbulnya masalah baru yang harus dihadapi. Masalahpun terus bermunculan dari berbagai segi, seperti : masalah politik, masalah ekonomi, masalah kebudayaan, masalah kesehatan, masalah keadilan, masalah pengangguran, masalah kerusakan alam, masalah bencana alam (baik yang timbul dari proses alam maupun dari proses manusianya sendiri), masalah perpecahan, masalah hutang negara, dan juga masalah kriminalitas yang sangat tinggi.

Mengapa hal ini harus selalu terjadi pada negeriku. Apakah kita masih belum bisa untuk melepas pengaruh buruk dari para penjajah negeri ini. Kenapa kita yang seharusnya dapat memajukan negeri yang indah ini rasanya sangat sulit sekali. Mungkin hal ini dikarenakan kita belum berani, yakin dan percaya diri untuk merubah kembali kebudayaan dan pemikiran yang kita miliki dahulu. Padahal semua itu telah terbukti dengan terusirnya para penjajah dari negeri ini. Mungkin kebanyakan dari kita sekarang hanya mempunyai pola fikir dan berbudaya dengan mengikuti bangsa lain yang menurut saya kurang cocok dengan budaya yang dimiliki negeri kita sendiri. Seharusnya kita harus bangga lahir di negeri yang memiliki kebudayaan sendiri dan memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah. Kita merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah tetapi kenapa kita harus mau untuk selalu di bodohi oleh bangsa lain. Kenapa kita harus menyerahkan sumber daya yang kita miliki untuk diolah dan dikelola oleh negara asing. Apakah negara kita tidak bisa mengolahnya sendiri ? Para pemimpin negeri ini pasti akan menjawab “Belum bisa, karena kita belum dapat membuat sendiri dan membeli teknologi yang canggih untuk memanfaatkan dan mengolah sumber daya alam kita sendiri. Karena harga dari teknologi tersebut  terlalu mahal”.

Hal inilah yang merupakan kecerobohan dan ketidak mampuan para pemimpin negeri kita. Yang kurang percaya dan yakin dengan kemampuan yang dimiliki oleh anak bangsanya sendiri. Mereka lebih percaya kepada negara asing yang lebih maju dan berkembang dibandingkan dengan negaranya sendiri. Bahkan mereka tidak ingin mengambil resiko sendiri dalam berusaha dan hanya ingin mengambil cara mudah untuk mendapatkan suatu hasil tanpa harus bersusah payah terlebih dahulu. Padahal para anak bangsa banyak yang menunjukkan keberhasilannya dalam menciptakan suatu teknologi yang canggih dan dapat membuktikan kemampuan bersaing dengan mendapatkan hasil menjadi juara pada tingkat internasional. Tetapi para pemimpin tidak percaya diri dalam mengambil resiko yang besar dalam menciptakan teknologi yang lebih moderen sendiri. Dan para pemimpinpun tidak terlalu memperhatikan perkembangan dan potensi yang dimiliki oleh anak bangsanya sendiri. Sehingga kebanyakan dari mereka yang memiliki potensi yang bagus seakan-akan hilang begitu saja. Dan kebanyakan dari mereka memilih mengembangkan potensi yang dimilikinya di negara orang lain di banding dengan negaranya sendiri.

Dan masalah yang terbesar bukanlah hanya dari segi kebudayaan dan pemikiran tetapi dari segi agama. Bagi segelintir orang yang tidak punya hati dan hanya memikirkan dirinya sendiri ini. Agama hanya dijadikan sebagai sumpah palsu untuk memuluskan jalannya dalam menduduki suatu posisi jabatan kepemeritahan di negeri ini. Sungguh ironis melihat agama hanya dijadikan sebeagai permainan bagi segelintir orang yang tidak mempunyai perasaan. Dengan lunturnya nilai-nilai agama yang dimiliki oleh sebagian para pemimpin menyebabkan perilaku-perilaku yang kurang baik dalam memimpin bahkan lebih buruk dari perilaku hewan. Bahkan jabatan suatu pemerintahan hanya dijadikan sebagai ajang perebutan dan kompetisi sebagai profesi yang menjanjikan. Bahkan mereka semua berlomba-lomba dengan menghalalkan berbagai cara untuk mendapat suara rakyat dengan harapan dapat menduduki suatu jabatan kepemerintahan. Dan merekapun tidak perduli lagi dengan beban yang akan dipikulnya nanti, tetapi hanya memikirkan cara untuk mendapatkan keuntungan besar yang akan di perolehnya. Seharusnya tugas dari para pemimipin dan anggota dewan di negeri ini adalah untuk mensejahterakan negeri ini bukan untuk mensejahterakan dirinya sendiri. Lalu kepada siapa lagi kita harus percaya kalau kebanyakan dari para pemimpin tidak bisa mensejahterakan rakyatnya dan tidak bisa menggunakan hak suara yang diberikan oleh rakyat dengan baik. Dan kepada siapa lagi rakyat harus meminta perlindung dan keadilan. Bahkan badan hukum saja belum bisa berperan dengan adil dan bijaksana didalam melakukan tugasnya.

Mungkin kita harus segera merubah segala sesuatu yang kurang baik pada diri kita semua baik dari kalangan pemerintahan  maupun dari kalangan rakyatnya itu sendiri. Agar tercipta generasi baru yang lebih jujur, pandai dan bijaksana. Dan dapat berperan penting untuk dapat memajukan negeri yang kita cintai ini. Dan membuat usaha para pahlawan untuk memperjuangkan kemerdekaan negara ini tidak sia-sia. Dan membuat mereka semua tersenyum bahagia melihat negeri ini bisa bersaing dengan negara-negara lain yang lebih maju dalam berbagai hal.